My Most Unforgettable Journey: Jogja to Nganjuk “Ngonthel”


Sebagai penyuka jalan-jalan tentunya banyak tempat yang pernah saya kunjungi. Semuanya memiliki kesan tersendiri bagi saya. Seperti berkemah di tebing Pantai Klayar, menyusuri hutan Tegalpanjang, atau menikmati malam bersama para pelukis sketsa di Malioboro.

Namun ada satu perjalanan yang masih sering terkenang dan melekat erat dalam ingatan saya. Perjalanan pertama saya dari Jogja ke Nganjuk, Jawa Timur dengan bersepeda. Saking terkenangnya favicon blog saya ini pun merupakan salah satu fragmen perjalanan saya.

sepedaan

Kala itu adalah beberapa hari sebelum pengumuman kelulusan siswa SMA tahu 2008. Bulan Juni. Seorang sahabat,  Zain namanya atau biasa kami panggil Bolang  mengajukan sebuah permohonan kepada saya. “Da, besok nek awakku lulus mulih Nganjuk sepedaan yo,” kata dia dengan logat Jawa Timuran. Ya, sahabat saya memang orang wetan. Asli Nganjuk. Permohonan itu aku sanggupi. Nanti kalau dia lulus dari sebuah madrasah aliyah negeri (MAN) di Yogyakarta kami berdua akan pulang ke rumahnya di Nganjuk, naik “Sepeda Onthel”.

Waktu kelulusan pun tiba. Alhamdulillah sahabatku tadi lulus. Tepok jidat juga nih, berarti harus nemenin ke Nganjuk naik sepeda.

Keputusan keberangkatan adalah 9 Juli 2008 malam. Sejak siang kami berdua menyiapkan sepeda “onthel” kesayangan saya agar siap perjalanan jauh. Awalnya kami hendak memakai 2 sepeda tapi ternyata sepeda yang satu tidak memungkinkan. Cek ban depan belakang, rem depan belakang, oli, bel, baut-baut. Tidak lupa kami menyiapkan peralatan bengkel sederhana untuk berjaga-jaga selama perjalanan.

Mengingat kami akan banyak melewati jalur rawan pada malam hari tak lupa kami memasang beberapa lampu kerlap-kerlip sebagai penanda. penampakan sepeda

Ada juga sepasang speaker made in sendiri yang tercangkol di tas punggung sebagai rekan dikala senyap.

Kami berangkat dari Jogja pukul 22.00 dari daerah Gejayan. Kemudian menelusuri sepanjang jalan Solo hingga sampailah kami di perbatasan Klaten-Kartasura. Kami berhenti sejenak di angkringan pinggir jalan sekaligus memeriksa kondisi ban. Bercengkerama sejenak dengan warga sekitar. Begitu tahu tujuan perjalanan kami, mereka menyoraki dan memberi semangat.

Perjalanan berlanjut, kami terus menyusuri jalan utama hingga kota Solo. Rasa dahaga yang hinggap butuh penyaluran. Di depan RS dr. Moewardi kami singgah sejenak. Tak lama lah. 10-15 menit. Mengejar waktu kami segera beranjak.

Kami sempat beberapa kali ragu-ragu saat ambil jalan. Sampai akhirnya pukul 3 atau 4 pagi kami kelelahan. Sepanjang jalan kami tengok hanya ada kebun tebu. Tanpa sengaja mata kami tertambat pada sebuah bangunan yang ternyata adalah Pos Polisi.2225_1088688771589_618_n

Dengan ragu-ragu kami ketuk pintunya. “Pak, maaf ganggu. Kami berdua dari Jogja hendak ke Nganjuk. Karena sudah larut dan kami bersepeda, boleh ya pak kami numpang tidur?” Kurang lebih seperti itu kata-kataku dalam Bahasa jawa. “Ya sudah sana tidur di depan,” kata Pak Polisi. YES!! Kami pun berebut cari tempat tidur yang nyaman.

Jam 6 lewat kami terbangun oleh suara kendaraan yang mulai lalu lalang. Kami pun memutuskan untuk meneruskan perjalanan sambil mencari sarapan. Saat hendak berpamitan, ternyata Pak Polisi yang semalam sudah pergi. Yah, sudahlah kita langsung saja pergi.

Ternyata, kami mengambil jalan yang salah. karena dari awal mematok ikuti jalan bus, kami memutar cukup jauh. Dimana kami bisa lewat tengah kota, kami malah lewat persawahan yang cukup luas.karanganyar

Pun tak apa, meski perjalanan lebih lama namun pemandangan cukup menyejukkan mata. Entah bagaimana ceritanyakami akhirnya memasuki wilayah Jawa Timur. Senang sekali paling tidak setengah perjalanan sudah terapai. gerbang jawa timur

Kami pun terus melanjutkan perjalanan hingga memasuki Hutan Ngawi yang legendaris. Tantangan bersepeda saat malam hari baru terasa di sini. Musuh besar kami saat itu adalah bus-bus malam yang sering ugal-ugallan. Terutama Sumber Kencono. Mata kami sempat merekam peristiwa ketika bus SK hampir bertabrakan dengan bus Mira. Sangat dekat sekali. Jika saat itu sopir bus Mira tidak mengalah, pasti tabrakan. Kami sempat beristirahat di musholla sebuah warung makan sebelum kembali mengayuh lagi Onthel tercinta.

Kemudian kami melewati Magetan, lancar-lancar saja di kota ini. Begitu memasuki Madiun barulah jurus kesasar muncul lagi. Alih-alih lurus menembus kota, kami malah belok kiri melewati Ringroad barat Madiun. Kendaraan yang lalu lalang bus-bus besar dan kontainer.  Sudah pokoknya Pede saja.

Sesampainya di Terminal kami mencari warung pecel. Atas rekomendasi dari seorang tukang becak, akhirnya kami mampir di sebuah kios warung makan. Ternyata Pecel Madiun memang MAKNYUSS. pecel madiun dulu

Kami sampai di Nganjuk beberapa jam kemudian. Pukul 23.00 WIB. Tanpa basa-basi lagi begitu masuk rumah yang kami serbu adalah kamar tidur. Kami terlelap hingga pukul 10 pagi.

3 hari kami di sana banyak sekali kami melakukan aktivitas. Bermain bersama anak-anak TPA. Berenang di suangai Irigasi yang masih bersih. Menikmati pasar malam berdua bersama adik sahabat saya (cewek sih jadi ya sedikit modus saat itu).64931_1582325432197_7348213_n

Hingga mencari ikan di sawah. Jangan heran. Di sana ketika sungai meluap, ada satu sawah yang biasanya penuh dengan ikan ketika sudah mulai surut. Kebetulan saya datang di saat yang tepat.Kami membawa pulang 2 ember ikan hasil perburuan bersama anak-anak kampung. Malamnya hasil olahan kami bawa ke masjid sebagai menu santap bersama karena memang sedang ada acara. Kami juga sempat ke Kediri karena memang kami di dekat dengan perbatasan. Belanja elektronik pun lebih mudah dan dekat di Kediri.

3 hari di Nganjuk sangat menyenangkan. Sayang saya harus segera pulang. Setelah berpamitan dengan keluarga sahabat saya,   kami kayuh kembali sepeda Onthel kesayangan menuju jalan raya. Dalam perjalanan pulang kali ini kami putuskan untuk naik bus saja. Maka di sebuah bengkel 100m dari pemberhentian bus, dengan berat hati si Onthel kami pretheli agar bisa masuk bagasi.

Beberapa hari yang lalu kami hendak terserempet bus SK, hari itu mau tidak mau kami menaikinya menuju Jogja. Sampai jumpa lagi Nganjuk. Suatu saat nanti kami pasti kembali.

tersangka jalan2
Para tersangka jalan-jalan edan

NB: sebenarnya banyak foto-foto kami ambil dari kamera HP selama di Nganjuk, sayang hardisk sahabat saya bermasalah. Foto di atas adalah sisa-sisa yang berhasil di selamatkan karena sebelumnya pernah saya upload di FB.

“Tulisan ini diikutsertakan dalam GA Unforgettable Journey Momtraveler’s Tale”

banner-GA-ku-500x134

53 thoughts on “My Most Unforgettable Journey: Jogja to Nganjuk “Ngonthel””

  1. Saya jadi penasaran dengan bentuk kakinya, apa gaak bengkak itu setelah ngontel 25 jam ahahaha… sini mari ke sini, ngonthellah dari Jogja ke Semarang, nanti saya jamu tahu petis sekenyangnya 🙂

  2. Hi! Yuk, ikuti giveaway pertama saya bertajuk Take Me Home. Menangkan CD Original One Direction dan pulsa total IDR 50k. Jangan sampai kelewatan yaaa! Thank you. Cek: gebrokenruit.blogspot.com/2014/04/giveaway-take-me-home.html

  3. Salam Takzim
    Wah onthelis ya, sama dong saya paling jauh gowes jakarta-indramayu mas. ceritanya juga say tuang tuntas di blog habis seru sih. Oh ya mas kalau ada pengalaman bersepedah yang berkesan antara tahun 2009 sampai tahun 2014 silahkan tuangkan di sayembara batavusqu ya

    Sayembara Batavusqu


    Salam Takzim Batavusqu

    1. aku dulu hampir tiap hari Sedayu-Tegalrejo (SMA 2) 🙂

      kalau yang ini memang edan… besok ada JLFR keliling Jogja… jam 7 kumpul di Kridosono

  4. ya ampyyuuun ni kurang kerjaan opo pie ya? tapi kereennn… JOgja-nGanjuk itu jauuh lo mas.. hebat deh. kapan2 mampir lah ke Surabaya 🙂
    makasih ya mas, sudah terdaftar sebagai peserta 🙂

    1. emang lagi libur dan ga ada kerjaan mak. Kalau ada kerjaan mana bisa jalan2 gila kek gitu. 😀

      eh saya paling ga 1 tahun sekali ke Surabaya lho… kapan2 kalau lebih luang saya mampir

  5. Whuaaa, mas sampeyan kumpul ae karo bojoku. Podho senenge sepedahan. Tapi mas Hakim sukanya naik BMX. Sebelum menikah Mas Hakim juga pernah bersepeda Jember-Madura-Jember. Aku aja langsung loro boyok denger dia pertama kali minta ijin. Hahahah.
    Jadi nanti kalau sampeyan mau nikah, lakukanlah perjalanan jauh dengan bersepeda untuk memantapkan hati atas keputusan yang dibuat. Heheheh..

    Feelingku nih yaa. Postingan ini pasti juara.
    *lirik jurinya dengan judes 😛

    1. tarik mas Hakim…. sini mas TOS dulu…..
      saya pernah jalan kaki keliling DIY juga sampai AMbarawa juga cuman rame2 event jelajah tahunan. tapi memang sepedaan ratusan km = boyoken hahahhahha

    1. Banyak banget. Ada pasar khusus sepeda dan kebanyakn jualan sepeda jadul. Dulu saya juga ikut komunitas onthel. di Jogja ada beberapa komunitas onthel yang anggotanya puluhan 🐻

  6. Aku asli nganjuk lo mas…nganjuk mana ni?….wihhh sepeda othelnya kyk punya bapakku…pegelnya bisa dibayangkan…tp asyik kok ngonthel…sukses untuk GA-nya…

  7. hehe saya selalu kagum dengan tekad anak-anak yang merayakan kelulusan dengan cara nekat seperti itu. Dulu di tempat saya juga ada, tidak begitu jauh sih, tetapi cukup melelahkan dan tidak biasa bagi orang di tempat kami, yaitu jalan kaki pulang dari sekolah menuju rumah. Rumahnya jauh bila ditempuh jalan kaki, sangat jauh saya pikir..

    Cerita ini mengingatkan saya pada perjuangan anak-anak untuk mau lulus sekolah. Menggambarkan kalau sekolah itu susah dan kadang kurang menyenangkan hehe..

    salam mas 🙂

    1. Itu adalah bentuk penghargaan mbak, menghargai diri sendiri atas pencapaian yang telah didapatkan.

      Kalau saya setelah lulus SMA bersama rekan2 bareng2 naik gunung. Soale kalau jalan dari sekolah sampai rumah (+-12km) sudah sering gegara ga ada angkot kalau kemaleman (maklum agak di bukit2 rumahnya)

  8. dari tulisan di atas, nggak ada disebut berapa hari perjalanan, tapi kalau mengikuti cerita yg nyampe jam 11 malam, berarti perjalanan menempuh dua hari satu malam ya atau tiga hari dua malam?

      1. Wuaah perkiraanku meleset semua 🙂 , saya kira tidur di pos polisi itu satu malam, terus tidur di Madiun.. ternyata, cepet saya kira itu..

        1. tidur pos polisi itu cuma sekitar 2-3 jam saja kok 🙂
          Di Ngawi juga cuma duduk2 melepas lelah ga sampai tidur. Nah kalau di Madiun cuman wisata kuliner hehehhe

  9. Gilaaaaaaa!!!!
    Gak kebayang sepedaan malam malam ditengah manuver mengerikan Sumber Group. Saya aja yg ada di dalam bus nya ngeri apalagi jd sepeda onthel di luar.

    1. terima kasih atas pujian kegilaan kami. 😀

      Kami sempat hampir keserempet dan terpental oleh dahsyatnya hembusan angin ketika mereka lewat 😀

  10. Cakep Mas
    Olahraga murah dengan nilai aerobik tinggi
    Bisa mengamati keadaan sepanjang route, mampir tempat wisata sambil mencicipi aneka makanan khas di sekitarnya
    Sukses dengan GA ya Mas
    Salam hangat dari Surabaya

    1. Murah meriah Pakdhe. cukup ngisi bensin di perut dengan aneka makanan khas energi pulih kembali.

      terima kasih pakdhe.
      Salam hangat banget dari Kota Gudeg

Leave a reply to Batavusqu Cancel reply